Berpikir kritis adalah keinginan mencari, kesabaran terhadap keragu-raguan, kegemaran bermeditasi, kelambanan dalam menegaskan, kesiapan mempertimbangkan, kehati-hatian dalam membuang dan menata; dan kebencian terhadap segala macam kepalsuan. Demikian Francis Bacon pernah berujar pada suatu ketika.
Mahasiswa sering digadang-gadang sebagai agen perubahan sosial. Energi, idealisme, dan kemampuan mereka untuk mempertanyakan status quo menjadi modal penting dalam mendorong kemajuan. Namun, di era informasi yang penuh dengan bias dan disinformasi, peran nalar kritis menjadi semakin krusial dalam mengantarkan gerakan mahasiswa yang efektif.
Archive for the opini Category
Pengembangan Nalar Kritis
Posted in opini with tags Kemampuan, Kesadaran, Kritis, Mahasiswa, Masyarakat, nalar, Pengembangan, Peran on January 9, 2024 by mujabWinter is Coming: Covid-19
Posted in opini with tags Bersatu, Covid-19, Game of Thrones, Great Houses, Indonesia, Joko Widodo, Pidato on July 17, 2020 by mujabTermangu karena covid mengingatkan saya pada pidato Presiden Joko Widodo saat di plenary session IMF-World Bank, Bali, 2018. Kala itu Presiden RI Joko Widodo menggunakan analogi pada serial tv milik HBO, Game of Thrones.
Ada potensi bahaya yang mengancam seluruh great house yang selalu bertarung memperebutkan tahta The Iron Throne. Ancaman itu adalah angin utara, yaitu musim salju berkepanjangan yang kadang bisa selama 9 tahun. Musim salju ini membawa pasukan mati atau disebut Wights.
Aspek Kultural dalam Bertani
Posted in opini with tags Adat, bertani, Komunitas, Kultural, Lumbung, Pranata Mangsa on July 5, 2020 by mujabBertani bukan sekedar mengisi waktu luang. Menjadi petani tidak terbatas sebagai profesi. Namun bertani dan petani terkait dengan kultur, budaya bahkan keyakinan seseorang. Hal ini yang melandasi para petani tetap bertani apapun hasilnya dan apapun resiko yang dihadapi.
Menjadi petani sejati adalah darah daging dan aliran darahnya, dan menjadi jalan hidupnya. Dari aspek kultur dan budaya inilah sejarah mencatatkan bahwa petani dan bertani mengantarkan kemajuan peradaban sebuah bangsa, membangun ilmu pengetahuan dan kerajaan kehidupan hingga kini.
Petani Manfaat Alam untuk Kelestarian Air
Posted in opini with tags 2018, air, alam, hari air sedunia, lingkungan, petani on March 23, 2018 by mujabBumi ini dilengkapi dengan sebuah mesin besar untuk menyelenggarakan siklus air mulai dari hujan turun, mengalir, menguap, menjadi awan, dan turun lagi menjadi hujan. Mesin nya bernama cuaca dan siklusnya bernama musim. Saat cuaca dihitung dalam jangka waktu tertentu kemudian disesuaikan dengan kondisi geografi dan topografi namanya iklim.
Continue reading
Mengakrabi Alam Dalam Bertani
Posted in opini with tags alam, bertani, cuaca, hama tanaman, iklim, petani, siklus, tahun, windu on May 28, 2016 by mujabFaktor alam berpengaruh pada hasil dan capaian kinerja petani. Diantaranya adalah persoalan air, iklim, kepemilikan tanah, juga faktor cuaca dan hama. Selain itu produtifitas petani kadang juga dipengaruhi oleh banjir, tanah longsor dan kekeringan. Kejadian tersebut tidak lepas dari gejala-gejala alam yang penting dipelajari petani.
Mengakrabi Alam Dalam Bertani
Posted in opini with tags air, alam, bertani, Binatang, cuaca, Hama, iklim, Indonesia, lingkungan, Tanaman on May 13, 2016 by mujabFaktor alam berpengaruh pada hasil dan capaian kinerja petani. Diantaranya adalah persoalan air, iklim, kepemilikan tanah, juga faktor cuaca dan hama. Selain itu produtifitas petani kadang juga dipengaruhi oleh banjir, tanah longsor dan kekeringan. Kejadian tersebut tidak lepas dari gejala-gejala alam yang penting dipelajari petani.
Di jaman dahulu faktor cuaca dan iklim dipandang sebagai hal krusial bagi petani. Kerajaan Mataram contohnya memandang persoalan cuaca dan iklim sebagai faktor paling penting kaitannya dengan hajat hidup petani. Maka kerajaan kemudian meminta para ahli dan orang pandai untuk merumuskan kajian dan panduan bagi para petani. Lahirlah pranata mangsa. Pranata mangsa mengenai fenomena iklim, cuaca, hingga mengenali karakteristik dari tahun-tahun yang berjalan.
Maka dikenallah siklus-siklus yang kemudian dipahami dan dijadikan panduan bagi para petani hingga saat ini. Siklus paling pendek adalah sepasaran, yaitu siklus hari selama 5 hari. Kemudian tiga puluh lima hari yang dikenal dengan selapanan. Di atasnya ada siklus 3 bulanan yang dikenal dengan siklus labuh, rendeng, mareng dan ketigo. setelah itu ada siklus tahunan yaitu siklus 12 mangsa selama setahun.
Di tingkat lebih tinggi setiap tahun diberi penamaan berdasarkan karakteristiknya. Muncullah siklus 8 tahunan dan disebut Windu. Tahun-tahun tersebut adalah Tahun Alip, Tahun Ehe, Tahun Jimawal, Tahun Je, Tahun Dal, Tahun Be, Tahun Wawu, Tahun Jimakir. Setiap tahun diketahui memiliki karakter musim hujan, kemarau dan fenomena alam yang berbeda-beda. Ini penting untuk memilih jenis tanaman yang hendak ditanam dalam satu tahun. Selain itu pemilihan tanaman juga bisa memutus siklus hama.
Diantara yang disebut dalam pranata amngsa adalah faktor hama. Hama menjadi pengganggu tanaman petani sehingga dipandang perlu untuk pengendalian dan penanganannya agar tidak mengganggu tanaman di satu sisi namun juga tetap terjada keseimbangannya di alam. Hama terkendali namun alam tidak rusak. ada saat tertentu yang diikuti dengan perubahan perilaku binatang. Sehingga diantara binatang itu sebenarnya bisa menjadi predator bagi hama. Ular burung hantu dan kucing menjadi predator bagi tikus.
Hal serupa juga berlaku untuk hama wereng, sundep, belalang, ular gerek, walang sangit, burung emprit dan lain sebagainya. Setiap hama yang berwujud binatang tentu memilikui predator. Di air ada hama seperti kepiting, tikus, keong, dan lainnya. Keberadaan predator yang punah dan diburu menjadikan hewan-hewan yang dikenali sebagai hama tersebut meledak tak terkendali. Akibatnya mereka menghabiskan panenan petani dan bahkan merusaknya. Pemerintah perlu melakukan riset, studi dan penelitian serta memberdayakan petani, agar penanganan hama dan penyakit ini bisa berjalan baik.
Permasalahan pokoknya adalah saat ini persoalan cuaca, iklim, air, sungai dan segala hal terkait dengan petani justru dipisahkan dengan persoalan petani. Kebijakan pemerintah memisahkan pengelolaan sumber daya alam termasuk iklim dalam kotak-kotak yang tidak berpihak kepada petani. Kalau dahulu kerajaan memandang penting pengetahuan dan panduan mengenai cuaca dan iklim bagi petani sehingga dibuat kalender musim, pranata mangsa dan lain sebagainya, Saat ini situasinya berbeda. Petani dibiarkan berjuang sendiri terkait cuaca dan iklim. Persoalan dan urusan cuaca dan iklim lebih dipenting kan untuk militer, kelautan, penerbangan dan petani justru terabaikan dari sana. Petani seiring berpindahnya generasi gagap dan terkaget-kaget dalam membaca dan memahami cuaca dan iklim karena patokan mereka hanya siklus setahun, padahal dahulu patokannya paling tidak delapan tahun.
Persoalan lain yang berpengaruh pada petani adalah air. Air menjadi penting karena petani akan kesulitan bertani ketika ketersediaan air terganggu. lagi-lagi petani kemudian terpinggirkan dalam pengelolaan air. Tataguna air lebih berpihak pada peruntukan air minum, industri dan pabrik. Ketiga hal ini mengambil air nyaris tanpa henti, 24 jam dalam sehari, 12 bulan dalam setahun. Sementara petani butuh air ketika mereka menanam dan menyiram tanaman, bukan setiap saat. Walaupun begitu tetap saja petani terkalahkan dalam menggunakan air. Setiap tahun ribuan hektar lahan produktif harus menganggur selama musim kemarah karena tidak ada cukup air untuk bercocok tanam. belum lagi di beberapa tempat air pertanian tercemar limbah pabrik.
Di Salatiga umpannya air pertanian tercemar limbah yang dialirkan dari pabrik tekstil yang beroperasi di sana. aliran limbah seringkali tidak secara tuntas diolah di pengolah limbah. Sehingga limbah tersebut kemudian mengalir ke sungai dan mengairi sawah di bagian bawah. pertanian pun kemudian tercemar./ jb
Ungkapan Cinta Seniman Muda Indonesia
Posted in opini with tags Bangsa, Berani, Cerdas, Cinta, Indonesia Raya, Kedaulatan, Lagu, Lagu Kebangsaan, Luar Biasa, Muda, Seniman, Tanah Air, Wage Rudolf Supratman, WR. Supratman on February 19, 2016 by mujabWage Rudolf Supratman bisa jadi salah satu seniman Indonesia yang memiliki ideologi dan rasa cinta tanah air yang luar biasa. Betapa tidak, lagunya menunjukkan bahwa ia memiliki pandangan jauh ke depan dan tekad luar biasa mengenai Indonesia. Dalam lagunya yang dikarang dan kemudian menjadi lagu kebangsaan, Supratman menuangkan pandangan, harapan, doa dan semboyannya tentang Indonesia.
Wage Rudolf Supratman Supratman muda menggubah lagu Indonesia Raya saat usianya masih muda, 21 tahun. Saat dimana seseorang masih kuat idealisme nya, masih kukuh keberaniannya, masih cerdas pemikirannya, dan masih sedikit kepentingan politiknya. Namun jiwa dan pemikiran serta rasa cintanya yang sungguh mendalam mengilhami lahirnya syair-syair bermutu. Ungkapan rasa cintanya yang dalam sulit dicari tandingannya, dan masih relevan untuk memberikan pembelajaran akan rasa cinta tanah air dan bangsa yang mendalam bagi seluruh bangsa ini.
Syairnya sangat inspiratif, lugas, tegas sekaligus indah. Harapannya besar, doanya mulia dan bahasanya sebagai ungkapannya cinta Indonesia sungguh sempurna. Tanah diletakkan sebagai hal penting dan krusial yang menjadi simbol kedaulatan sebuah bangsa. Tanah atau land memang menjadi simbol kedaulatan sebuah bangsa yang memiliki wilayah. Sejarah perjuangan bangsa-bangsa tidak bisa lepas dari yang namanya tanah dalam membangun kedaulatannya. Supratman mengajak dan mengajaran kepada seluruh elemen bangsa ini untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Tanah di sini tentu mencakup bumi, air, ruang angkasa, beserta seluruh kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Itu semua kemudian dituangkan dalam tiga stanza lagu Indonesia Raya. Ini bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda Indonesia yang mengambil bidang seni dan musik sebagai jalan hidup hendaknya tetap memelihara ideologi dan rasa cinta kepada Tanah Air Indonesia. Kedaulatan bangsa, kerelaan membela Indonesia hendaknya juga dilakukan melalui seni dan musik.
Empat tahun setelah lagu itu digubah atau tepatnya ketika tanggal 28 Oktober 1928 Indonesia Raya dikumandangkan untuk pertama kali dalam bentuk instrumentalia. Semboyannya untuk merdeka masih terlalu sensitif untuk situasi politik waktu itu. Sedih sekali jika mengingat bahwa Supratman tidak sempat menghirup udara kemerdekaan sebagaimana dia semboyankan di dalam syairnya tersebut karena meninggal di tahun 1938. Semboyannya untuk merdeka kemudian diwariskan kepada bangsa ini dan mungkin adalah persembahan terbesarnya.
Berikut adalah syair Indonesia Raya.
I
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
reff
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta 2X
II
Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
kembali ke reff
III
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri menjaga ibu sejati
Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
sumber: id.wikipedia.org,
Siklus Kemiskinan Petani dan Kedaulatan Pangan: Menuju Hari Pangan Sedunia 2015
Posted in opini with tags bertani, harga, Hari Pangan Sedunia 2015, Indonesia, Kedaulatan Pangan, Komoditas, Lahan, Miskin, Perlindungan Petani, petani, Siklus Kemiskinan on October 1, 2015 by mujabBertani itu sungguh menguntungkan. Betapa tidak, sebagai contoh menanam sebutir padi, bisa tumbuh tujuh bulir. Setiap Bulir bila ada seratus biji maka akan ada 700 biji. Kalau menanam padi memakai model yang lebih baru, sebutir padi bisa tumbuh 30 bulir, bahkan katanya bisa 40 bulir. setiap bulir seratus biji, berarti keuntungan menanam padi sungguh berlipat-lipat.